Sate Klathak Jogja, Sate Kambing Nomor Satu di Alam Semesta
Meskipun terkesan lebai, namun begitulah yang Gwe rasakan. Sejak makan Sate Klathak di salah satu warung di Jogja, sate kambing lainnya tak terasa seenak dulu lagi.
.
Jadi ceritanya kan Gwe sedang mengikuti diklat Applied Approach di UNY Jogja. Salah satu bekal biar bisa jadi dosen. Nah salah satu temen Gwe, rombongan dari Semarang ulang tahun. Namanya ihrof, dan Gwe biasa panggil dia dengan awalan mas. Kita nih rombongan diskusi dimana ya enaknya Ngerayain ultahnya mas Ihrof. Kayaknya tadinya mo ke warung istrinya Djaduk Ferianto, lupa juga apa namanya, tapi nggak jadi. Gwe ga inget siapa yang ngusulin, tercetus untuk ke Sate Klathak. Memang pernah sebelumnya Gwe nonton di acara liputan salah satu TV swasta tentang Sate Klathak yang dijual di tengah pasar.
.
Dari tayangan TV informasi yang didapat adalah sate klathak merupakan sate kambing yang ditusuk dengan jeruji besi, jadi panasnya meresap dan bertahan di dalam daging. Dari situ Gwe pun tertarik untuk nyicipin.
.
Dari sekian banyak pilihan warung Sate Klathak akhirnya pilihan kita jatuh ke Sate Klathak Pak Pong yang ada di daerah Imogiri, Bantul. Seingat Gwe kita ngelewatin stadion yang nyala lampunya terang banget saat itu, terlihat dari luar. Dugaan sedang ada pertandingan. Balik ke bahasan Sate Klathak, sampai di tempat, kita lihat warung cukup luas, tempat makan ada di sisi kiri dan kanan jalan.
.
Kita pun pesan. Ternyata antreannya panjang, kita menunggu sampai sekitar satu jam atau lebih. Lalu muncullah pesanan. Ternyata per porsinya dua tusuk daging kambing dengan potongan tebal, dan cukup rapi bentuknya. Apakah cukup? Setelah Gwe makan, porsi segitu emang udah pas. Sate Kambing ini tanpa dikasih bumbu kecap pun sudah enak. Gak kayak sate kambing lainnya yang kayaknya tak bisa dipisahkan dengan kecap. Setelah Gwe balik ke Semarang. Kayaknya kok ga ada lagi sate kambing yang enak di sini. Mungkin Gwe salah sih, belum nemu aja. Tapi yang pasti di lidah Gwe Sate Klathak adalah Sate Kambing ternikmat yang pernah Gwe makan, seolah nomor satu di dunia bahkan mungkin alam semesta.
.
Selain di pak Pong, Gwe juga coba Sate Klathak pak Bari. Warungnya cuman buka malam, di area pasar yang jam kerjanya pagi, dan saat sore malam bisa dipakai jualan sate. Mungkin warung pak Bari ini yang pernah Gwe lihat liputannya di TV Swasta? Jumlah porsi sama 2 tusuk. Ownernya ramah dan ngajak ngobrol pengunjung. Kadang foto-foto juga, yang kata pak Bari buat IG-nya. Namun ada bedanya Sate Kambing dari pak Pong, yang pertama adalah bentuk daging sate. Punya pak Bari tidak dipotong kotak, melainkan seperti sayatan daging. Jujur Gwe lebih suka yang dipotong tebal seperti kubus. Yang lainnya lagi ada Sate Klathak seberang Hotel Borobudur, deket banget ama penjual layanan travel antar kota Day Trans. Rasanya oke juga, tapi Gwe ogah pake kecap.
.
Sate kambing dengan tusukkan jeruji besi alias Sate Klathak menjadi fenomena khusus di Jogja. Rasanya kurang banget kalau kamu dari luar kota nggak nyicipin kuliner satu ini, kecuali kalau kamu memang ada pantangan darah tinggi atau penyakit lainnya.
Comments
Post a Comment